Cerita

Ungkap manfaat pelatihan Good Agriculture Practices dan Pengelolaan Agroforestri bersama pekebun Desa Teteuri

Proses monitoring dan evaluasi atau disebut juga monev merupakan bagian penting yang perlu dilakukan untuk mengamati perkembangan dan penilaian kinerja sebuah kegiatan, untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai dan dampaknya sudah sesuai dengan yang diharapkan.

Proses wawancara monev dengan pendekatan Awareness, Desire, Knowledge, Ability, and Reinforcement (ADKAR) dilakukan oleh tim SFITAL kepada para pekebun kakao di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Sebanyak 528 pekebun kakao di Kabupaten Luwu Utara telah mengikuti pelatihan Good Agriculture Practices (GAP) dan agroforestri Tahap I pada bulan Juli-Desember 2021. Wawancara ADKAR dilakukan kepada 106 petani peserta pelatihan GAP dan 101 petani peserta pelatihan ADKAR untuk mendapatkan informasi mengenai pemahaman, keinginan, pengetahuan, kemampuan petani dalam menerapkan GAP dan agroforestri di lahan mereka dan harapan penguatan dukungan yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam menerapkan hasil pelatihan.

Pada bulan April 2022 beberapa pekebun Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan yang terpilih secara acak diundang untuk diwawancarai secara bergantian terkait penerapan GAP dan agroforestri yang telah dilaksanakan. Kegiatan yang dilakukan selama dua hari ini juga mendapatkan dukungan dari salah satu tokoh desa bernama Bapak Andi Syarifuddin. Sebanyak 14 orang pekebun kakao hadir pada hari pertama dan 16 orang lainnya pada hari berikutnya.

Antusias para pekebun untuk mengikuti kegiatan ini sangat tinggi. Mereka meluangkan waktu disela-sela kesibukannya mengurus kebun, bahkan sangat senang dengan pelatihan yang diberikan karena mendapatkan pembaruan informasi dalam mengelola kebun, khususnya materi agroforestri. Saat wawancara, mereka mengatakan belum merasa terlalu mengenal agroforestri, meskipun pada kenyataannya mereka telah melakukan sistem agroforestri sejak lama. Meski demikian, masih banyak hal yang ingin mereka ketahui. Misalnya, bagaimana memilih komoditas yang akan ditanam dalam sistem agroforestri, berapa jarak tanam dari masing-masing komoditas, hingga bagaimana menerapkan GAP dari berbagai komoditas yang akan ditanam. Mereka juga menyampaikan kendala-kendala yang dihadapi dalam mengelola kebun dan berbagai harapan untuk kedepannya dalam mengatasi permasalahan tersebut. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini SFITAL akan memberikan fasilitasi lanjutan melalui pembuatan plot percontohan yang dikembangkan secara partisipatif bersama-sama pekebun, kelompok tani dan MARS.

Hal lain yang cukup menarik datang dari Bapak Aco Lolo Allo, seorang pekebun kakao yang sangat senang bereksperimen dalam mengendalikan hama dikebunnya. Salah satunya adalah usaha beliau untuk mencampurkan minyak tanah dan bahan lainnya yang menimbulkan bau menyengat, sehingga hama-hama berupa serangga tidak mau mendekati kebunnya. Hal tersebut beliau nilai cukup efektif, namun penggunaan ini tidak berlangsung lama karena sulitnya mendapatkan bahan baku.

Dampak positif lainnya dari berkumpul bersama ini adalah para petani bisa saling bercerita, berbagi pengalaman juga tips dan trik dalam mengelola kebunnya sembari menunggu waktu untuk diwawancara.  Kegiatan bersama ini dinilai cukup bermanfaat, dan keakraban antar pekebun terlihat disaat kegiatan ditutup dengan makan siang bersama. Tidak lupa mereka juga mendapatkan buah tangan berupa gunting stek yang bisa mereka gunakan saat berkebun.

Oleh: Desiana Zulvianita dan Tikah Atikah

Share :

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin