Cerita

SFITAL menggandeng para mitra guna mendukung keberlanjutan implementasi Agroforestri Kakao di Luwu Utara menuju Kakao Berkelanjutan

Di Luwu Utara, kebutuhan akan peningkatan kapasitas petani dalam memahami agroforestri kakao dirasa penting untuk mendukung Peta Jalan Kakao Lestari. Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Luwu Utara mendukung penuh Program Sistem Pertanian Berkelanjutan di Lanskap Tropis Asia atau Sustainable Farming System in Asian Tropical Landscapes (SFITAL) dalam membangun Kurikulum agroforestri kakao.

Kurikulum agroforestri kakao ini merancang dan menerapkan metode serta strategi pembelajaran dengan mengintegrasikan pendekatan praktik, studi kasus, dan pengalaman lapangan. Melalui kombinasi ini, petani kakao dapat mengembangkan keterampilan praktis yang relevan dengan agroforestri, sekaligus memperdalam pengetahuan teoritis yang dimiliki para petani kakao.

Penerapan metode partisipatif juga menjadi fokus, memungkinkan peserta pelatihan terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap praktik agroforestri yang berkelanjutan. Selain itu, penggunaan teknologi visual 3D (tiga dimesi) menjadi bagian integral dari metode pembelajaran, menciptakan lingkungan pembelajaran yang beragam dan responsif terhadap perkembangan sistem agroforestri.

Pembangunan kurikulum ini melibatkan proses konsultasi dengan berbagai pihak, termasuk penyuluh dan Dinas Pertanian di tingkat kabupaten, Bappelitbangda, dan sektor swasta seperti PT. Mars. Konsultasi ini telah memberikan berbagai masukan dan revisi, baik dalam muatan maupun metode penyuluhan, yang berkontribusi pada kesuksesan kurikulum.

Penerapan metode partisipatif juga menjadi fokus, memungkinkan peserta pelatihan terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan meningkatkan pemahaman mereka terhadap praktik agroforestri yang berkelanjutan. Selain itu, penggunaan teknologi visual 3D (tiga dimesi) menjadi bagian integral dari metode pembelajaran, menciptakan lingkungan pembelajaran yang beragam dan responsif terhadap perkembangan sistem agroforestri.

Pembangunan kurikulum ini melibatkan proses konsultasi dengan berbagai pihak, termasuk penyuluh dan Dinas Pertanian di tingkat kabupaten, Bappelitbangda, dan sektor swasta seperti PT. Mars. Konsultasi ini telah memberikan berbagai masukan dan revisi, baik dalam muatan maupun metode penyuluhan, yang berkontribusi pada kesuksesan kurikulum.

Seiring dengan menyepakati pentingnya membuat standar kurikulum agroforestri kakao yang dapat diterapkan di Luwu Utara, Pemerintah Daerah Kab Luwu Utara bersama SFITAL pada tanggal 14 November 2023 mengadakan Workshop Pembelajaran Praktik Kurikulum Agroforestri Kakao, di Masamba. Dengan mengundang beberapa stakeholder terkait, akademisi, asosiasi, sektor swasta dan media.

Dalam sambutannya, Drs. H. Aspar, Kepala Bappelitbangda Kab. Luwu Utara/Ketua Pokja kakao lestari, menyampaikan, “Kita ingin ada peningkatan dalam mendorong praktik kakao berkelanjutan. Komitmen pemerintah untuk memastikan implementasi kegiatan tercermin dalam indikator di setiap instansi, terutama di sektor kakao; yang harus terus kita tingkatkan agar petani mendapatkan perbaikan pendapatan. Seiring dengan pembelajaran kurikulum agroforestri kakao ini, kita harapkan bisa meningkatkan praktik perkebunan yang inovatif dengan petani berdasi atau profesional”.

Endri Martini, peneliti Agroforestry System and Extension Scientist, ICRAF mengatakan, “Kurikulum agroforestri telah disusun sejak tahun 2021 dan diimplementasikan dalam 3 tahun terakhir. Kurikulum pelatihan agroforestri kakao ini telah berhasil diimplementasikan pada sekitar 2100 petani kakao di Luwu Utara. Kurikulum agroforestri ini dapat kita diskusikan bersama pemerintah dan program lainnya sebagai panduan, dengan harapan dapat terintegrasikan ke dalam program penyuluhan pertanian Luwu Utara secara menyeluruh. Kurikulum ini mengadopsi kondisi kakao di Luwu Utara yang terbagi dalam 3 cluster, sehingga mencerminkan kebutuhan petani dan aspek biofisik dalam materi kurikulum. Prinsip dasar agroforestri kakao adalah untuk meningkatkan kesejahteraan petani, dengan menetapkan standar untuk jumlah tanaman kakao dan non-kakao dalam kebun. Oleh karena itu, kami merancang dua tipe agroforestri, yaitu agroforestri sederhana dan agroforestri kompleks.”

Standardisasi kurikulum agroforestri kakao ini juga dibutuhkan dan diharapkan dapat menjadi panduan bagi penyuluh, baik dari pihak pemerintah maupun swasta, dalam memberikan bimbingan kepada petani, guna meningkatkan produktivitas kebun kakao mereka sesuai dengan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan yang diterapkan dalam sistem agroforestri kakao.

“Dalam program Active, kami memiliki target untuk dapat berkontribusi kepada 2600 petani melalui praktik lapangan dengan mengadvokasi model agroforestri kakao. Ditahun 2023 ini, sebanyak 664 petani telah menjalani pelatihan yang mencakup Good Agricultural Practices (GAP), Gender Action Learning for Sustainability (GALS), dan diversifikasi kakao agroforestri. Pentingnya agroforestri bagi kami semakin terbukti melalui pembelajaran yang kami dapatkan dari program SFITAL, terutama melalui penggunaan maket. Fokus kami tidak hanya pada materi GAP untuk kakao, tapi juga untuk tanaman non-kakao seperti pala, durian, alpukat, dan pisang”, kata Aminah Medama, Project Associate, Active.

Pemateri dari Lascar Coco juga menyampaikan, “Kegiatan Lascar Coco telah merangkul para petani di wilayah perhutanan sosial, memperkenalkan praktik manajemen lanskap yang berkelanjutan. Dengan fokus penerapkan metode Salt atau pola tanam agroforestri di lahan miring dengan pemetaan wilayah kelola dan kelompok dengan kerjasama KPH. Dalam pelaksanaannya, kami melibatkan 21 petani, termasuk 5 di antaranya khusus untuk praktik agroforestri kakao. Meskipun target kami adalah 1000 ha, namun pada tahun ini kami berhasil menerapkan praktik di lahan seluas 100 ha. Pada program agroforestri, kami merancang penerapan 3 strata: strata atas, strata tengah, dan strata bawah. Kami terus berupaya menciptakan keberlanjutan lingkungan melalui pendekatan yang holistik dan terencana.”

Perwakilan Akademisi, Dr. Safar, Universitas Andi Djemma memberikan penekanan pada pentingnya pencatatan sebagai upaya mendorong manajemen kebun yang optimal. Para petani diminta untuk aktif mencatat setiap aktifitas dalam kebun mereka, sehingga memungkinkan mereka untuk dapat mengevaluasi hasil yang telah dicapai. Dr. Safar meyakinkan para petani dapat mengidentifikasi apa yang perlu ditingkatkan, merencanakan perbaikan, dan memaksimalkan produktivitas kebun mereka.

“Dalam sistem agroforestri, dengan mengintegrasikan berbagai tanaman, bukan hanya meningkatkan hasil ekonomi tetapi juga menciptakan ekosistem yang seimbang dan berkelanjutan, yang memberikan dampak positif pada ekonomi para petani,” tambah beliau.

Dinas Pertanian, Bidang Penyuluhan dan Kelembagaan Petani, Bidang Perkebunan, merespon mengenai tantangan kondisi tanah yang ada, agar termuat praktik dengan fokus utama pada materi rehabilitasi lahan, mengingat kondisi tanah yang semakin mengkhawatirkan akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan. Tak hanya itu, Dinas Pertanian juga mendorong promosi penanaman tanaman pisang dengan kakao dalam praktik agroforestri. Inisiatif ini sejalan dengan program yang diusung oleh pemerintah provinsi. Harapannya dapat memberikan keberagaman hasil pertanian, meningkatkan produktivitas, dan merawat lingkungan sekitar yang memberikan manfaat jangka panjang.

Harapannya melalui proses diskusi pada workshop ini akan terlahir berbagai masukan berharga dalam penyusunan standar kurikulum agroforestri kakao yang dapat menjadi panduan bagi penyuluh dan praktisi dalam mendukung petani kakao agar menghasilkan kakao yang memenuhi dan meningkatkan standar mutu, kuantitas dan kualitas sesuai dengan tuntutan pasar, untuk mewujudkan kesejahteraan penghidupan petani.

Oleh: Tikah Atikah

Share :

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin