Cerita

Menjajaki Potensi Sinergi dan Kerjasama Untuk Pengembangan Komoditas Berkelanjutan

Kegiatan Program Sistem Pertanian Berkelanjutan di Lanskap Tropis Asia (SFITAL) telah berjalan selama 1.5 tahun dengan baik karena dukungan IFAD sebagai Lembaga Donor, Komite Penasehat Teknis dan seluruh anggota konsorsium. SFITAL juga melakukan koordinasi internal dan diskusi bersama para mitra agar semakin mendorong sinergi untuk percepatan kegiatan SFITAL dalam mewujudkan dampaknya bagi pengembangan komoditas berkelanjutan. Hal ini disampaikan oleh Dr Beria Leimona dalam membuka acara Lokakarya internal SFITAL Indonesia.

Beberapa narasumber yang hadir berkesempatan untuk menyampaikan paparannya. Hal ini bertujuan untuk menggali pelajaran serta pengalaman dari para pemangku kepentingan dan praktisi terkait keberlanjutan komoditas yang dapat dipetik kedalam rencana kerja dan strategi program SFITAL kedepan.

Selaras dengan pembangunan nasional, Ir. R. Anang Noegroho. Setyo Moeljono, MEM., Director for Food and. Agriculture, BAPPENAS, juga sebagai Ketua Komite Penasehat Teknis, yang pada kesempatan ini diwakili oleh Ibu Puspita Suryaningtyas menyampaikan bahwa, Pembangunan Nasional di bidang perkebunan diarahkan pada pembangunan perkebunan berkelanjutan dengan prinsip: produktivitas, transparansi, keterlacakan, sosial, dan lingkungan. Pendekatan yurisdiksi berkelanjutan mendukung pemerintah daerah untuk memegang kendali dan melaksanakan pembangunan perkebunan secara lebih efektif dengan melibatkan multi-pihak.

“Implementasi pendekatan yurisdiksi di tingkat kabupaten dapat menjadi pembelajaran bagi program SFITAL agar dapat membantu mengatasi persoalan-persoalan perkebunan berkelanjutan yang dihadapi, khususnya pada pengembangan komoditas kakao dan kelapa sawit yang berkelanjutan”, kata beliau.

“Dengan menyasar seluruh pihak terkait di tingkat nasional, Kabupaten hingga di tingkat tapak, baik untukpengusaha besar maupun kecil/Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), di dua lokasi di Luwu Utara untuk kakao dan di tahun 2022 di Labuhanbatu Utara untuk kelapa sawit.” Jelas Dr Betha Lusiana, selaku koordinator proyek SFITAL di Indonesia. Kegiatan program SFITAL diawali dengan kajian identifikasi prinsip, kriteria, dan indikator untuk sistem lingkungan dan manajemen sosial di tingkat nasional, menyusun peta tipologi/karakteristik untuk dapat meindentifikasi kawasan dan area kerja untuk menentukan aktifitas yang akan dilakukan, dan kegiatan identifikasi lainnya, tambahnya.

Sementara itu Researcher (Social Sciences) dari Yayasan Inobu, Ari Aji Cahyono hadir dengan menjelaskan mengenai program Terpercaya (2018) untuk mengukur dan memverifikasi kinerja yang berkelanjutan. Platform Terpercaya ini melengkapi program nasional dalam mewujudkan pembangunan komoditas berkelanjutan dengan pendekatan yurisdiksi. Dengan Dukungan BAPPENAS, Terpercaya akan terintegrasi dengan sistem perencanaan di tingkat nasional sehingga dapat dimanfaatkan oleh seluruh kabupaten di Indonesia dalam melaksanakan dan memantau pembangunan komoditas berkelanjutan.

Lalu bagaimana mengenai korporasi petani dibidang perkebunan? Agnes Verawati Silalahi, Kepala Bagian Perencanaan Ditjen Perkebunan, Kementrian Pertanian menegaskan bahwa “Korporasi petani termasuk dibidang perkebunan mendorong peningkatan skala ekonomi usaha tani agar terjadi peningkatan produktifias, pendapatan petani, dan keterlibatan dalam kegiatan paska produksi.”

Transformasi petani dan pertanian menjadi maju, modern dan mandiri menjadi sasaran yang dapat diwujudkan dengan konsolidasi kelembagaan, adopsi inovasi teknologi, sinergi kemudahan akses pembiayaan, pelibatan off taker, digitalisasi/penerapan IT, juga dukungan logistik. Maka, kegiatan SFITALyang berupaya mendorong petani menjadi wirausahawan yang mandiri sejalan dengan tujuan korporasi petani, tambah Agnes.

Kegiatan SFITAL, berlokasi di dua provinsi di Indonesia, Luwu Utara di Sulawesi Selatan dan Labuhan Batu Utara di Sumatera Utara. Sebastien de Royer dari Livelihood Fund for Family Farming (L3F), yang juga berkegiatan di Labuhan Batu Utara menyambut baik rencana Kerjasama bersama SFITAL, guna mendiring pembangunan kelapa sawit berkelanjutan dengan pendekatan bentang alam. “L3F mempunyai misi untuk menjamin mata pencaharian petani kecil yang berkelanjutan melalui investasi tepat waktu dalam praktik pertanian regenerative, pemberdayaan generasi muda petani, dan pemulihan sumber daya alam. L3F bekerja bersama komunitas petani sawit dalam mengembangkan agroforestri kelapa sawit, menerapkan system keterlacakan kebun dan system pemantauan hutan”, kata Sebastien.

Sebagai penutup, Fay Fay Cho, dari Asia Cocoa Director, MARS, yang juga salah satu mitra kerjasama dalam SFITAL mengatakan “MARS berkomitmen mendukung pembangunan kakao secara berkelajutan. Bersama petani, MARS mengembangkan Teknik budidaya, pengelolaan lahan dan tanaman kakao yang mendorong peningkatan produktifitas kakao dan pendapatan petani. MARS bekerja bersama SFITAL dalam mengembangkan kurikulum pengelolaan sistem agroforestri kakao.”

Harapannya dengan dilaksanakannya kegiatan koordinasi internal ini, dapat bersinergi dengan lebih baik untuk kegiatan kedepan dan berjalan dengan produktif. Pengembangan pengelolaan sistem agroforestri kakao dan kelapa sawit akan dilakukan sebagai bagian dari diversifikasi usaha petani yang berpotensi menyejahterakan keluarga petani dan mempertahankan jasa ekosistme di Kabupaten Luwu Utara.

Lokakarya ini dilaksanakan pada tanggal 18-19 Januari 2022, secara luring di Hotel Santika dan daring, dengan menghadirkan beberapa narasumber dari Bappenas, Yayasan Inobu, Ditjen Perkebunan, Kementrian Pertanian, Livelihoods Fund for Family Farming (L3F), dan MARS, hadir untuk berbagi informasi serta pembelajaran yang telah dikembangkan dan dilakukan selama ini.

Share :

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin