Cerita

Analisis Karakteristik Tanah, Kejadian Erosi, dan Simpanan Karbon. Penelitian Penunjang Program SFITAL di Luwu Utara

Laju aliran permukaan pada lahan kelapa sawit monokultur di Luwu Utara hampir dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan aliran permukaan pada lahan agroforestri kakao-aren dan agroforestri kakao-durian. Hal ini dapat menjadi pertanda bahwa lahan agroforestri berpotensi lebih baik dalam konservasi tanah dan air.

Kesimpulan di atas merupakan penafsiran data laporan sementara penelitian Universitas Hasanuddin (UNHAS) untuk SFITAL, program penelitian aksi ICRAF Indonesia bersama Rainforest Alliance dan Mars Incorporated. Laju aliran permukaan yang tinggi umumnya juga diiringi tingkat erosi atau kehilangan tanah yang tinggi yang akan berujung kepada menurunnya tingkat kesuburan tanah dan meningkatkan resiko degradasi lahan.

Dr Asmita Ahmad, koordinator tim peneliti yang juga adalah Ketua Program Studi Ilmu Tanah UNHAS, menjelaskan bahwa penelitian yang dilakukan pada tahun 2022 ini dimaksudkan untuk menganalisis karakteristik tanah, infiltrasi, erosi, dan cadangan karbon pada delapan jenis penggunaan lahan yang ada di Luwu Utara, yaitu hutan sekunder, agroforestri kakao-durian, agroforestri kakao-aren, semak belukar, kakao monokultur, sawit monokultur, agroforestri kelapa, dan kelapa monokultur.

“Pengetahuan yang diperoleh dari penelitian tersebut nantinya dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak dalam menentukan pola penggunaan lahan, juga potensi pemanfaatan jasa lingkungan penyerapan karbon, disesuaikan dengan perencanaan wilayah dan preferensi masyarakat, termasuk misalnya bila ingin menerapkan sistem agroforestri kakao seperti yang dipromosikan SFITAL di Luwu Utara.”

Tim peneliti yang terdiri dari enam peneliti senior UNHAS dan sebelas mahasiswa tingkat akhir Jurusan Ilmu Tanah – UNHAS dan Jurusan Kehutanan – Universitas Andi Djemma mulai terjun ke lapangan pada bulan Agustus 2022.

“Dalam empat bulan ini, semua pengambilan data dan materi yang diperlukan untuk pengukuran karbon sudah selesai, termasuk pengukuran diameter pohon, pengambilan serasah, dan juga sampel tanah. Data infiltrasi air hujan juga sudah lengkap. Yang belum adalah untuk tingkat erosi. Semoga bisa diselesaikan dalam bulan ini,” kata Riskayanti, salah satu peneliti, mahasiswa UNHAS, yang berharap dapat memanfaatkan penelitian ini untuk menyelesaikan tugas akhir perkuliahan.

Menjelaskan pola kerja di lapangan, Riskayanti bercerita bahwa kesebelas mahasiswa yang terlibat penelitian bekerja secara bersama-sama.

“Masing-masing kami tidak hanya fokus pada satu aspek penelitian saja. Saya, misalnya, ikut dalam pembuatan plot pengambilan sampel pengukuran karbon, mengidentifikasi jenis pohon, mengukur diameternya, juga membangun petak pengukuran dan mengambil data erosi. Dengan cara ini, kami, mahasiswa yang ikut penelitian, bisa belajar tentang semua aspek penelitian,” kata Riskayanti yang merasakan betul perbedaan kuliah teoritis dengan terjun langsung ke lapangan. “Apalagi setelah dua tahun kuliah daring karena pandemi COVID. Di lapangan begini, kita jadi tahu bahwa apa yang kita bayangkan selama kuliah, tentang teori atau prosedur penelitian, ternyata bisa berbeda dengan realitasnya.”

Setelah merampungkan tahapan pengukuran dan pengambilan data lapangan, Riskayanti dan tim peneliti akan masuk ke Laboratorium Kimia Tanah di UNHAS untuk melanjutkan proses pengujian dan analisis berbagai materi penelitian yang sudah dikumpulkan, terutama terkait dengan karakteristik tanah dan cadangan karbon.

Dr Asmita Ahmad berharap analisis hasil penelitian dapat diselesaikan sebelum 2022 berakhir sehingga dapat segera dimanfaatkan dan diinformasikan ke pihak-pihak terkait untuk mendukung program peningkatan produktivitas kakao dan ekonomi petani di Luwu Utara.

Koordinator SFITAL, Dr Betha Lusiana dari ICRAF Indonesia, menjelaskan bahwa visi program adalah kakao lestari di Luwu Utara, kabupaten yang sudah sejak lama dikenal sebagai salah satu penghasil kakao terbesar di Sulawesi Selatan.

Untuk mewujudkan visi tersebut, SFITAL bekerja sama dengan pemerintah kabupaten untuk mengembangkan peta jalan kakao berkelanjutan dan membuat kurikulum agroforestri kakao untuk penyuluhan petani. Di lapangan, SFITAL bekerja bersama petani agar produktivitas kakao meningkat, perekonomian petani bertambah baik, dan petani kakao dapat berpartisipasi dalam menjaga jasa lingkungan.

“Dari hasil penelitian UNHAS ini kita dapat mengetahui sistem pertanian mana yang memiliki laju aliran permukaan yang rendah dan potensi cadangan karbon yang tinggi. Selain itu, peran kakao agroforestri dalam mempertahankan jasa lingkungan bisa didata dengan baik. Informasi tersebut akan menjadi salah satu dasar bagi SFITAL dalam mendorong penerapan agroforestri kakao dan mewujudkan visi kakao lestari di Luwu Utara”

Oleh: Aunul Fauzi dan Endri Martini

Share :

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin